Cameron Johnson - Jawara eCommerce


Cameron Johnson
Cameron Johnson yang lahir di Virginia, Amerika Serikat, 13 November 1984, memiliki pendapatan 300.000 hingga 400.000 dolar perbulannya atau sekitar 3 Miliar sampai 4 Miliar rupiah sebelum lulus SMA, Cameron sudah memiliki aset yang bernilai lebih dari 1 Mililar dollar.
Cameron memulia bisnisnya sejak usai 9 Tahun, perusahaannya dibidang eCommerce, sepeti Millionairesecret.com, TrueLoot.com, Kazzagator, certificateSwap dan AimBuddy.
Berawal dari kreativitasnya membuat kartu ucapan yang didesain sendiri secara sederhana, yang dijual pada awalnya kekeluarga, saudara hingga akhirnya kewalahan kebanjiran pesanan. Pada usianya ke 10 Tahun cammeron mendapatkan ijin dari orang tuanya untuk membuat rekening tabungan sendiri, waktu itu orang tuanya sudah merasakan adanya jiwa bisnis dalam diri putranya tersebut. Dengan memliki rekening tabungan sendiri, cameron mulai belajar menabung dan mengatur keuangannya sendiri dengan belajar cara mengelola finansial yang baik. selain rajin menabung cameron juga rajin menyisihkan penghasilannya kegereja. Kebiasannya tersebut dibawa hingga cameron menginjak dewasa.

Cameron Johnson

Melelang Boneka Adik

Dari bisnis perdana ini, Cameron sukses meraup beberapa ribu dolar yang ia tabung. Apakah ia puas sampai di situ? Tidak. Pada umur 12 Tahun, bocah berambut pirang ini mulai tergoda saat melihat 30 buah boneka Ty Beanies Babies yang teronggok di rumah. Boneka milik adik Cameron dibiarkan begitu saja karena si adik sudah mulai bosan. “Bagaimana kalau aku memberimu 100 dolar, dan semua boneka itu menjadi milikku,” begitu kira-kira Cameron membujuk si adik. Tentu si adik setuju sebab ia sudah jenuh dengan mainannya sendiri. Boneka-boneka tadi “dilelang” oleh Cameron ke eBay. Siapa sangka, 30 Ty Beanis Babies laku dengan harga 10 kali lipat dari uang yang dikeluarkan Cameron!

Mengendus aroma bisnis yang baik ini, Cameron pun terpikir untuk segera membuka toko online yang menjua boneka Ty Beanis Babies. dalam usia semuda itu, ia memberanikan diri menghubungi distributor Ty dan mulai memasarkannya di eBay serta toko online-nya sendiri, Cheers and Tears. Dalam tempo kurang dari setahun, si pengusaha cilik ini sudah mengumpulkan 50.000 dolar. Pakah cukup sampai di situ? Tunggu dulu.

Bukan Cameron namanya jika cepat puas. Setelah merasakan sendiri betapa menyenangkannya bekerja mengumpulkan uang, ide-ide bisnis lain pun mengalir deras di kepala Cameron. Penghasilan dari Cheers and Tears harus ia kembangkan menjadi bisnis baru lagi. Bisnis di internet sangat menarik minatnya sebab ia tak perlu terlalu banyak menghabiskan waktu dan energi. Remaja belia ini berpikir, bagaimana bisa meraup penghasilan dari dunia maya sehingga ia masih tetap bisa bersekolah dan bermain selayaknya remaja seusianya.

Berbisnis melalui internet bagi anak semuda Cameron memberi imbas positif tersendiri. Bayangkan, siapa yang bersedia berbisnis dengan seorang anak usia 11 tahun di dunia nyata, melibatkan uang yang tidak sedikit pula? Tentu akan sulit. Dengan adanya internet, semua komunikasi dan interaksi dilakukan melalui e-mail. Klien dan mitra bisnis Cameron tidak perlu tahu bahwa mereka sedang berurusan dengan seorang anak “ingusan”. Bahkan, Cameron pun nyaris tidak pernah mengangkat telepon masuk dengan alasan “siapa yang akan percaya berbisnis dengan seseorang yang suaranya adalah suara anak lelaki cempreng?” kendala gap usia ini dapat dituntaskan Cameron berkat kehadiran teknologi internet.

Isu privasi di internet cukup menggelitik Cameron. Banyak orang mengeluhkan betapa e-mail biasa tidak terlalu melindungi identitas pengirimnya. Dari sini Cameron terinspirasi untuk membuka bisnis layanan pengiriman e-mail yang tetap melindungi informasi pribadi si pengirim. Layanan ini diberi nama My EZ Mail. Cameron tidak perlu susah payah belajar programming komputer sebab ia mampu mempekerjakan seorang programmer yang dapat menjalankan apa yang ia inginkan. Dalam kurun waktu dua tahun saja, My EZ Mail menghasilkan 3.000 dolar per bulan yang didapat dari iklan. Bisnis ini berjalan sesuai dengan impiannya, bisa mendulang dolar sementara ia masih tetap dapat bersekolah, bermain-main dengan teman-temannya, dan tentu saja menggali ide bisnis lain. Di usia 14 tahun, Cameron dinominasikan sebagai salah satu “peraih penghargaan Junior Achievements Young Entrepeneur Of The Year”. Sayang, ia dikalahkan oleh temannya yang berusia 16 tahun. Remaja ini hanya menjadi runner up. Tak masalah, pikirnya, ia justru berteman baik dengan sang pemenang dan mereka berkolaborasi mendirikkan perusahaan bernama Surfing Prizes. Mereka mengajak seorang programmer remaja asal california untuk membuat software sesuai kebutuhan perusahaan. Karena tidak mampu membayarnya, Cameron menawarkan kerja sama kemitraan. Dari sinilah Cameron belajar bagaimana membangun bisnis secara serius, yaknu menawarkan kerja sama kepemilikkan saham bagi rekan yang diajak cukup mumpuni.

Cek Ratusan Ribu Dolar

Surfingprizes.com merupakan perusahaan periklanan online. Layanan ini menyediakan iklan di browser web yang paling banyak dikunjungi pengguna internet. Mereka menggunakan strategi piramida klasik untuk memasarkan layanan ke seantero dunia maya. Pengguna yang ikut serta mengelola iklan dan mendapatkan pelanggan baru akan mendapatkan keuntungan 10% dari pendapatan per jam. Akan tetapi, tetap saja strategi ini dianggap kurang menguntungkan sebab profit yang di dapat terlalu “recehan”, jauh dari apa yang dibayangkan Cameron dan dua temannya. Solusinya, mereka bermitra dengan perusahaan iklan besar, seperti DoubleClick, L90, dan Advertising.com. melihat rekam jejak Cameron yang cukup memukau, perusahaan-perusahaan iklan raksasa tersebut tertarik untuk bekerja sama. Disepakati, perusahaan-perusahaan tersebut akan mendapat bagian 30% dari seluruh hasil penjualan iklan. Tentu saja masih tersisa 70% keuntungan untuk tiga remaja belia ini.

“Saya berusia 15 tahun saat menermia cek senilai 300.000-400.000 dolar per bulan,” ujar Cameron dalam sebuah wawancara. Bisa dikatakan ia sudah bergelimbang dolar di usia muda. Bisnis ini pun mulai kurang menantang baginya. Cukup empat tajun saja ia menekuni bisnis tersebut. Ia menjual perusahaan beserta dengan software layanannya, tanpa database informasi pelanggan, yang dihargai dengan nilai sangat tinggi yang tak ia sebutkan, “sebelum lulus SMA, seluruh aset yang saya miliki sudah mencapai nilai lebih dari 1 miliar dolar.”

Lulus SMA seperti pelajar lain, Cameron melajutkan ke perguruan tinggi. Ia diterima di Virginia Polytechnic Institute. Memang dasar jiwa bisnisnya sangat tinggi, belum sampai satu semester kuliah, pemuda ini sudah kembali tertarik untuk memulai bisnis baru. Kali ini ia menggandeng Nat Turner, seorang teman yang ia pikir cukup pas di hati untuk berbisnis bersama. Kali ini bisnisnya di beri tajuk Certificateswap.com. sesuai namanya, bisnis ini melayani jual beli sertifikat penghargaan yang bisa di tukar dengan transaksi di eBay. Untuk menyiasati kompetisi dengan layanan serupa yang sudah ada, Cameron memasang harga yang lebih rendah dari pesaing. Ketika itu, layanan lain mengambil profit sebesar 13%, sedangkan Cameron dan Nat hanya meraup untung 7,5%. Dengan strategi ini, mereka dibanjiri peminat. Walau cukup sukses dan mendulang profit tinggi, seperti biasa Cameron pun dilanda kejenuhan. Ia dan Nat sepakat untuk menjual perusahaan tersebut pada tahun 2004. Tentu saja laku dengan harga cukup mencengangkan walau ia enggan menyebutkan berapa angkanya. Yang jelas, di usia 19 tahun, Cameron sudah menjadi jutawan belia. Mengesankan bukan, mengingat ia memulai bisnisnya pada usia 9 tahun?

Di tahun yang sama, Cameron juga sempat merilis bisnis eCommerce lain, yakni TrueLoot.com. masih bersama Nat Turner, bisnis ini merupakan layanan marketing online yang mengintegrasikan iklan online, e-mail dan SMS. Sama dengan bisnis eCommerse Cameron yang lain, akjhirnya perusahaan tersebut ia jual dengan harga fantastis. Di tahun-tahun sebelumnya, remaja tersebut juga sudah sempat menjual Zablo.com, InfiniteProfiles.com, KazaaGator, AimBuddy, ChooseYourPrize.com, SearchOmega, VoteStation.com, SurfingXChange, SurfingPrizes.com, dan EmazingSites. Semua dihargai dengan nilai cukup membanggakan, mengingat remaja ini sudah menjadi sangat populer dan di senggani di dunia eCommerce. Sejak Januari 2004, Cameron diminta menjadi penasihat di bidang marketing bagi para dealer mobil Ford. Wow, luar biasa sekali, bukan?

Yang dilakukan Cameron sesungguhnya adalah terus menggali ide-ide bisnis, mencari rekan untuk bekerja sama, kemudian menjalankannya. Setelah berjalan dan suskses membuktikan bahwa idenya mendulang uang, ia pun menjualnya ke pihak lain. Ide-ide itu seolah tidak pernah habis. Kepiawainnya berbisnis membuat remaja ini cukup populer dan diwawancarai ratusan media massa, termasuk Newsweek, BusinessWeek, dan New York Times. Sadar bahwa ia punya pengalaman yang lumayan menakjubkan dibanding remaja seusianya, Cameron mulai menulis buku untuk berbagi kisah seru.

Bisnis Tanpa Beban

Tahun 2007, Simon & Schuster menerbitkan bukunya You Call the Shots: Succed Your Way—and Live the Life You Want—with the 19 Essential Secrets of Entrepreneurship. Sejak itu pula, ia dibanjiri undangan menjadi pembicara di berbagai seminar, talkshow, dan konferensi, untuk berbagi kisah suksesnya di dunia eCommerce pada usia belia. “kekayaan sesungguhnya bukan apa yang anda dapatkan dari dunia, melainkan apa yang anda bagikan pada dunia,” demikian pesan Cameron. Selain terus meraup sukses dari bisnisnya kini, Cameron juga terlibat dalam dukungan ke sejumlah organisasi nonprofit.

Apakah itu berarti Cameron berhenti berbisnis? Tidak juga. Kini ia memiliki usahanya sendiri, mulai dari mengisi acara TV bergengsi, membuat acara itu sendiri, dan menjalankannya. Jika dulu ia sibuk membuat berbagai macam website pribadinya sendiri, CameronJohnson.com. Dari situ saja, pemuda ini sudah sangat sibuk. Menjadi konsultan ahli dibidang bisnis bagi para selebritas muda, menjadi host acar Beat The Boss di BBC, belum lagi begitu banyak panggilan untuk wawancara dan mengisi aneka acara lain. Cameron juga menjalankan MilionaireSecrets.com, sebuah komunitas online pengusaha muda.

Apa sesungguhnya keuntungan dari memulai bisnis di suia muda? Menurut Cameron, ia termasuk orang yang sangat beruntung. “Banyak orang punya pengalaman horor dengan rekan bisnis mereka. Tapi, saya sungguh beruntung sebab hampir semua rekan kerja saya juga anak-anak muda seusia saya. Dengan begitu kami punya banyak kesamaan, tidak banyak perbedaan pendapat, termasuk masalah uang,” ujar Cameron mengingat masa-masa ia berjuang membangun perusahaan dengan sesama remaja. Dengan memulai usaha di usia belia, bersama dengan teman-teman seusia juga, membuat bisnis tidak terlalu terbebani dengan keinginan mencari profit semata, melainkan lebih untuk mengejar passion. Anak-anak atau remaja belia tidak akan dikejar tagihan untuk membayar sewa apartemen, cicilan rumah, listrik, telepon, dan sejenisnya. Kondisi ini membuat remaja dapat berpikir lebih segar dan kreatif sebab tidak terpenjara dalam angka-angka belaka. “ketika kita memulai bisnis di usia anak-anak, uang adalah hal yang terakhir kita pikirkan. Mulailah dari sana,” pesan Cameron.***

[Sumber dari buku : 15 Anak Genius Peraup Dollar - Merry Magdalena]

0 komentar: